A. Cara Pembuatan Unsur-Unsur
Transisi Periode Ke Empat
1.
Cara Pembuatan Skandium
Kebanyakan
skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai
hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada
tahun 1937 oleh Fischer, Brunger dan Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic
kalium, litium dan skandium klorida pata suhu 700 dan 800 derajat Celcius.
2.
Cara Pembuatan Titanium
Produksi
titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam bidang militer dan
industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena titanium
lebih disukai daripada aluminium dan baja. Aluminium akan kehilangan
kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu rapat (mempunyai kerapatan
yang tinggi).
Langkah awal
produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang mengandung TiO2
menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada temperature
tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut :
TiO2
(s) + C(s) + 2Cl2(g) =>
TiCl4(g) + CO2(g)
TiCl4(g)
+ 2Mg(s) => Ti(s)
+ 2MgCl2(g)
Reaksi
dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis
menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan
sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam
lain sebelum digunakan.
3.
Cara
Pembuatan Vanadium
Produksi
vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya
vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% -
95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205
dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO2 yang dihasilkan
direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai
berikut.
2 V205(s)
+ 5Si(s) =>
{ 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s)
+ CaO(s) =>
CaSiO3
Kemudian
ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
4.
Cara
Pembuatan Kromium
Krom
merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari bijih krom
utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat
dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.
Reaksinya
sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s)
+4C(s) => Fe(s)+2Cr(s)
+ 4CO(g)
Ferokrom
ditambahkan pada besi membentuk baja.
5.
Cara
Pembuatan Mangan
Logam mangan diperoleh dengan
1.
Mereduksi
oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium atau dengan proses elektrolisis
2.
Proses
aluminothermy dari senyawa MnO2.
6.
Cara
Pembuatan Besi
Ada 2 tahap
untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu
peleburan yang bertujuan untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan
peleburan ulang yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan
besi dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur tiup adalah suatu
bangunan yang tingginya sekitar 30 meter dan punya diameter sekitar 8 meter
yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi dengan bata tahan panas. Zat
reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip reaksi: 2FeO3 +
3C 4Fe + 3CO2.
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi
gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2
Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3
Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C,
kemudian meleleh karena suhu tinggi (1.5000C)
3. Reaksi pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3
kerak
Karena suhu yang tinggi baik besi
maupun kerak mencair. Besi cair berada di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui
lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C
mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi
sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja dengan kadar C sebagai
berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %
baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan
prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang lain. Ada 3 cara :
1.
Proses
Bessemer
Besi kasar dibakar dalam alat
convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah dihembuskan udara panas sehingga C
dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira
¼ jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
2.
Open-hearth
process
Besi kasar, besi tua dan bijih
dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi
dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-oksida SiO2,
P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian
kadar C berkurang.
3.
Dengan dapur
listrik
Untuk memperoleh baja yang baik,
maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol
sehingga terjadi besi dengan kadar C yang tertentu.
7.
Cara
Pembuatan Kobalt
Kobalt di alam diperoleh sebagai
biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi
dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan sebagai berikut :
Pemanggangan :
CoAs (s)
Co2O3(s)
+ As2O3(s)
Co2O3(s) +
6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)
Zat-zat lain seperti Bi2O3
dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3 H2S(g)
Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)
PbO(s) + H2S(g)
PbS(s) + H2O(l)
Pada penambahan CoCO3 (s) dengan
pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan
diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah CoCl3 menjadi
Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas
hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3 (s) +
H2(g)
=> 2
CO(s) + 3 H2O (g)
Penggunaan kobalt antara lain sebagai
aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.
8.
Cara
Pembuatan Nikel
Proses
pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk
dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam
proses pengolahan adalah sebagai berikut:
ü Pengeringan di Tanur
Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.
ü Kalsinasi dan Reduksi
di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
ü Peleburan di Tanur
Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan terak
ü Pengkayaan di Tanur
Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi
di atas 75 persen.
ü Granulasi dan
Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
9.
Cara
Pembuatan Tembaga
Pada umumnya
bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan pemekatan biji
tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :
·
2 CuFeS2(s)
+ 4 O2 800 0 C
Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)
·
FeO(s) +
SiO2 (s) 14000C
FeSiO3 (l)
Cu2S dan kerak FeSiO3
(l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai berikut:
2 Cu2S(l) + 3
O2 (g) 2
Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2 Cu2O(l) + Cu2S(s)
6 Cu(l) + SO2 (g)
3 Cu2S(l) + 3
O2 6
Cu(l) + 3 SO2(g)
Pada reaksi oksidasi tersebut
diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak murni ini disebut tembaga
blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung
gelembung gas SO2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang
lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4
(aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah
tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode) adalah tembaga blister.
10. Cara
Pembuatan Zink
Logam seng
telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi calamine
dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di Eropa
oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat
dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih seng yang utama
adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine
(silikat) dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu
metoda dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih
seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon
yang dilanjutkan dengan proses distilasi.
B. Sifat Fisis Dan Kimia Unsur-Unsur
Periode Ke Empat
Unsur transisi periode keempat
mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dari unsur golongan utama.
1.
Sifat Logam
Semua unsur
transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun dalam
sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relative rendah (kecuali seng yang agak
tinggi), sehingga, mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik
didih dan titik lelehnya relative tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL
relative rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsure transisi
banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong
memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen) disamping
ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik
lelehnya rendah. Bandingkan dengan unsure utama yang titik didih dan titik
lelehnya juga relative rendah.
2.
Sifat Magnet
Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetic (dapat ditarik oleh medan magnet) seperti : Sc, Ti, V, Cr dan Mn. Makin
banyak electron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat
paramagnetknya. Unsur yang memiliki elektron berpasangan (Zn dan Cu) bersifat
diamagnetic (tidak tertarik oleh medan
magnet. Unsur Fe, Co, Ni bersifat Ferromagnetic meski logam ini dijauhi medan magnet, tetapi induksi magnet logam ini
tidak hilang.
3.
Titik Didih dan Titik Leleh
Titik didih
dan titik leleh unsur transisi meningkat dari 1.541°C (Skandium) sampai 1.890°C
(Vanadium), kemudian turun sampai 1.083 °C (Tembaga) dan 420 °C (Seng).
4.
Konfigurasi Elektron
a.
Jari-Jari Atom
Jari-jari
atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya
elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, Sehingga
jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
b.
Energi Ionisasi
Perubahan
senergi ionisasi dari Sc sampai ke Zn tidak terlalu besar seperti halnya pada
unsur-unsur golongan utama. Kecilnya perubahan tersebut juga disebabkan oleh
konfigurasi elektronnya, yaitu bahwa penambahan electron dari Sc sampai ke Zn
masuk pada kulit ketiga.
5.
Bilangan Oksidasi
Kecuali Sc
dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat
oksidasi. Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan
oksidasi lebih dari satu. Adanya bilangan oksidasi lebih dari satu ini
disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Dengan demikian, energi
ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil
dibanding unsur golongan utama.
Walaupun
unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali.
Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah
orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s)
dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2,
bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah
elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi
elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2
dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi
sejumlah logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink
Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron
(n–1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama,
semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode
yang lebih besar.
6.
Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna
Senyawa
unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik
padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsure transisi juga berkaitan
dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan electron
yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan
oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam transisi.
Senyawa dari
Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit
3d-nya kosong, serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit
3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
Warna senyawa logam transisi dengan
berbagai bilangan oksidasi:
7.
Membentuk Ion Kompleks
Ion kompleks
adalah ion yang terdiri atas atom pusat dan ligan. Biasanya atom pusat
merupakan logam transisi yang bersifat elektropositif dan dapat menyediakan
orbital kosong sebagai tempat masuknya ligan. Contohnya ion besi (III)
membentuk ion kompleks [Fe(CN)6].
Ligan yang
merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai sepasang elektron bebas
dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat menentukan
jumlah ligan maksimum yang dapat diikat. Jumlah ikatan kovalen koordinasi yang
dapat terbentuk pada pembentukan kompleks disebut bilangan koordinasi dari ion
pusat. Contohnya ion Cu2+ mempunyai bilangan koordinasi 4 dalam [Cu(H2O)4]2+,
[Cu(NH3)4]2+, dan dalam [CuCl4]2¯. Ion Fe3+ mempunyai bilangan koordinasi 6
dalam [Fe(H2O)6]3+, [FeF6]3, dan dalam [Fe(CN)6]3¯. Adapun Ag+ mempunyai
bilangan koordinasi 2 dalam [Ag(NH3)2]+, dan dalam [Ag(CN)2]¯.
Aturan penamaan senyawa
koordinasi:
Berikut
merupakan tata nama senyawa atau ion kompleks menurut IUPAC.
1)
Penamaan
Ligan
a.
Beberapa
ligan diberi nama khusus.
Contoh
NH3 = amin NO = nitrosil
H2O = aqua CO = karbonil
b.
Logam anion
diberi nama yang umum dan diberi akhiran -o.
Contoh
F¯ = fluoro CN¯ = siano
Cl¯ = kloro OH¯ = hidrokso
Br¯ = bromo CO32¯ = karbonato
CH3COO¯ = asetato C2O42¯ = oksalato
c.
Alkil diberi
nama seperti tata nama alkana.
Contoh
CH3 = metil C6H5 = fenil
d.
Ligan yang
menggunakan nama biasa tanpa diberi spasi
Contoh
(CH3)2SO4 = dimetilsulfatsida
C5N2N = piridin
(C6H5)3P = trifenilfosfin
e. Ligan N2 dan O2 disebut
dinitrogen dan dioksigen
2)
Untuk
menyebut banyaknya ligan yang sejenis digunakan awalan Yunani (misalnya di-,
tri-, tetra-, penta-, heksa-).
3)
Nama atom
pusat diikuti bilangan oksidasinya yang ditulis dengan angka romawi.
4)
Untuk
kompleks berupa kation atau molekul netral maka nama atom pusat tidak berubah.
Adapun senyawa berupa anion kompleks negatif maka nama atom pusat diakhiri
dengan -at).
Contoh
Kompleks kation:
[Cu(NH3)4]2+ = ion tetraamin tembaga
(II)
[Ag(NH3)2]+ = ion diamin perak (I)
[Co(NH3)4Cl2]+ = ion tertraamin
diklorokobalt (III)
Kompleks netral:
[Co(NH3)4(H2O)CN]Cl2 = tetraamin
aquasianokobalt (II) klorida
[Co(NH3)5CO3]Cl = pentaamin
karbonatokobalt (II) Klorida
8.
Keaktifan Katalik
Salah satu
sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk menjadi
katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Kemampuan unsure transisi
mengkatalisasi suatu reaksi diperkirakan karena unsur transisi mempunyai
beberapa bilangan oksidasi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase
yang berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat
ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah digunakan
secara komersial sebagai katalis pada proses industri seperti TiCl3
(Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V2O5 (proses
kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada
pembuatan formalin).
C.
Kegunaan Unsur-Unsur Transisi Periode Keempat
1.
Kegunaan
skandium
ü sebagai komponen pada lampu listrik yang berintensitas tinggi.
2.
Kegunaan
Titanium
ü Sebagai
bahan kontruksi, karena mempunyai sifat fisik
ü Sebagai
badan pesawat terbang dan pesawat supersonic
ü Sebagai
pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik
3.
Kegunaan
Vanadium
v Banyak digunakan
dalam industry-industri, yaitu:
ü Untuk
membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti
per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi
ü Untuk
membuat logam campuran
4.
Kegunaan
Kromium
v Logam
kromium banyak digunakan dalam bidang industry
ü Logam
kromium dapat dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang bersifat keras dan
permukaanya tetap mengkilap.
ü Kromium
digunakan untuk penyepuhan, karena indah, mengkilap, dan tidak kusam
v Larutan
kromium (III) oksida, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat yang
biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium.
5.
Kegunaan
Mangan
ü Untuk
produksi baja
ü Menghilangkan
warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh pengotor besi
ü Banyak
tersebar dalam tubuh yang merupakan unsure yang penting untuk penggunaan
vitamin B1.
6.
Kegunaan
Besi
ü Membuat baja
ü Banyak
digunakan di dalam pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari seperti, cangkul,
pisau, sabit, paku, mesin, dan sebagainya.
7.
Kegunaan
kobalt
ü Larutan Co2+
digunakan sebagai tinta rahasia untuk mengirim pesan dan juga dalam system
peramalan cuaca
8.
Kegunaan
Nikel
ü Pembuatan
electrode baterai, dan keramik
ü Zat tambahan
pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan karat
ü Pelapis besi
(pernekel)
ü Sebagai
katalis
9.
Kegunaan
Tembaga
ü Bahan kabel
listrik
ü Bahan uang
logam
ü Untuk bahan mesin tenaga uap
10. Kegunaan
Zink
ü Bahan cat
putih
ü Pelapis
lampu TL
ü Layar TV dan
monitor computer
ü Campuran
logam dengan metal lain
Posted by 18.37 and have
1 komentar
, Published at
membantu banget kak infonya
BalasHapuscall centre axis